KEUTAMAAN LAILATUL QADAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.
Syukur Kehadirat Allah atas segala limpahan
rakhmat dan karunia-Nya,
Shalawat dan sallam Bagi junjungan Kita, Nabi
besar Muhammad Shalallohu 'alaihi wa sallam.
Malam lailatul Qadr Adalah malam keutamaan yang
lebih baik dari seribu bulan Sesuai dengan Firman Alloh yang berbunyi:
“Sesungguhnya
kami telah menurunkannya (Al Quran) itu pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan
izin RABB-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan
sampai terbit fajar.”
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa yang bangun saat Lailatul Qadar
lalu pas melihatnya, lalu sabda Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa Salam : Dan
orang tersebut beriman dan mengharap ridho ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala
maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Muslim, IV/147, hadits no.
1269)
Kita tidak perlu mengambil Asumsi sendiri
dengan kapan malam lailatull itu datang, tapi percayalah bahwasannya dengan
iman yang kuat, memiliki keyakinan dan Istiqomah untuk menghidupkan disetiap
malam ramadhan,
Namun, jika mengacu kepada Hadist HR Bukhari,
VII/145, hadits no. 1878
Dari Aisyah ra :
“Adalah Nabi SAW mencari Laylatul Qadar pada
malam-malam witir di 10 hari terakhir.” (HR Bukhari, VII/145, hadits no. 1878)
kemudian juga pada hadist kedua HR Bukhari,VII/147, hadits no. 1880 dengan rowi
yang sama.
Dari Abdullah bin Unais ra, bersabda Nabi SAW :
“Aku melihat Laylatul Qadar lalu aku dibuat
lupa waktunya, dan ditampakkan padaku saat Shubuhnya aku sujud di tanah yang
basah, lalu kata AbduLLAAH: Maka turun hujan atas kami pada malam 23, maka
Nabi SAW shalat Shubuh bersama kami, lalu beliau SAW pulang dan nampak bekas
air dan tanah di dahi dan hidung beliau SAW, lalu dikatakan: Maka
AbduLLAAH bin Unais berkata tanggal 23 itulah Laylatul Qadar.” (HR
Muslim, VI/80, hadits no. 1997)
Kemudian acuan ketiganya adalah hadist yang
berbunyi:
Berkata Ubay bin Ka’ab ra : “Demi ALLAH yg
Tiada Ilah kecuali DIA, sungguh malam tersebut ada di bulan Ramadhan,
aku berani bersumpah tentang itu dan demi ALLAH aku tahu kapan malam itu,
yaitu malam yang kita diperintah Nabi SAW untuk menghidupkannya yaitu
malam 27 dan tanda-tandanya adalah Matahari bersinar di pagi harinya dengan cahaya
putih tapi tidak menyilaukan.” (HR Muslim, IV/150, hadits no. 1272)
Bersabda Nabi SAW : “Lailatul Qadar itu pada
malam 27 atau 29, sungguh Malaikat yang turun pada saat itu ke bumi lebih
banyak dari jumlah batu kerikil.”
(HR Thayalisi dlm Musnad-nya no. 2545; juga
Ahmad II/519; dan Ibnu Khuzaimah dlm shahih-nya II/223)
Intinya, hendaknya Istiqomah untuk menghidupkan
malamnya, sebab siangnya dalam bulan ramadhan, tidurnya saja telah memiliki
Ibadah, sebaliknya malamnya adalah untuk menghidupkannya. adalah merupakan
rahasia Allah kapan Pastinya malam itu tiba, hanya yang diutamakan pada malam2
yang ganjil.
Dari Abu Hurairah ra Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa menghidupkan malam Laylatul Qadar dengan iman dan
mengharap ridho ALLAH SWT maka diampuni dosanya yang terdahulu, dan
barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam Iman dan mengharap ridho ALLAH SWT
maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR Bukhari, VI/468, hadits no. 1768)
Pahala yang dijanjikan tetap akan didapatkan
bagi orang yang beribadah di dalamnya walaupun dia tidak mengetahui kalau malam
itu adalah Lailatul Qadr. Ini adalah pendapat Ath-Thabari, Al-Muhallab, Ibnul
Arabi, dan sekelompok ulama lainnya.
Yang kuat adalah pendapat yang kedua dan ini
yang dikuatkan oleh Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin. Karena Nabi hanya bersabda,
“Barangsiapa yang melakukan qiyamullail pada Lailatul Qadr karena iman dan
mengharapkan pahala maka akan diampuni semua dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah) Jadi syaratnya hanya iman dan mengharapkan
pahala, beliau tidak mempersyaratkan orang itu harus tahu bahwa malam itu
adalah Lailatul Qadr.
[Lihat Al-Fath no. 2022, Subulus Salam: 4/192,
dan Asy-Syarhul Mumti’: 6/497]
TANDA-TANDA
MALAM LAILATUL QADAR
Lalu, bagaimana tanda2 malam tersebut?
Lailatul Qadar itu tidak panas, tidak dingin,
tidak ada awan, tidak ada angin, tidak hujan :
“Pada malam Lailatul Qadar itu tidak panas
& tidak dingin, tidak berawan dan tidak hujan dan tidak berangin,
tidak juga terang dengan bintang-bintang, tanda di pagi harinya adalah
Matahari terbit bercahaya lembut.” (HR As-Suyuthi dlm Jami’ Shaghir,
di-shahih-kan oleh Albani dlm Shahihul Jami’, XX/175, no. 9603)
Laylatul Qadar itu bisa didapati dalam keadaan
jaga maupun juga dalam mimpi yang benar :
Dari Ibnu Umar ra : “Ada beberapa orang
laki-laki sahabat Nabi SAW yang bermimpi melihat Laylatul Qadar pada 7
malam terakhir, maka sabda Nabi SAW : Aku juga melihat apa yang kalian
mimpikan itu jatuhnya pada 7 malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin
mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir tersebut.” (HR Bukhari, VII/142,
hadits no.1876)
Dari Aisyah ra :
Wahai RasuluLLAAH, menurut pendapatmu jika aku tahu bahwa malam terjadinya Laylatul Qadar, maka doa apa yg paling baik kuucapkan? Sabda Nabi SAW : “Ucapkanlah olehmu, Ya ALLAH sesungguhnya ENGKAU adalah Maha Pemaaf, mencintai orang yang suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” (HR Ahmad, Ibnu Majah & Tirmidzi, di-shahih-kan oleh Albani dlm Al-Misykah, I/473 no. 2091)
Wahai RasuluLLAAH, menurut pendapatmu jika aku tahu bahwa malam terjadinya Laylatul Qadar, maka doa apa yg paling baik kuucapkan? Sabda Nabi SAW : “Ucapkanlah olehmu, Ya ALLAH sesungguhnya ENGKAU adalah Maha Pemaaf, mencintai orang yang suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” (HR Ahmad, Ibnu Majah & Tirmidzi, di-shahih-kan oleh Albani dlm Al-Misykah, I/473 no. 2091)
Maka lakukanlah amalan- dimalam Ramadhan
terakhir episode tahun ini, Bayangkan, kebaikannya, kemuliaannya dan
keutamaannya lebih dari keutamaan pahala 1000 bulan, yang jika dihitung, kurang
lebih 83 tahun, sampaikah umur kita menuju setua itu?
Semoga saja lebih dari itu, tapi banyak
digunakan untuk melakukan Ibadah kepada Alloh subhannahu wa ta'ala, dengan
lebih sering memilir tasbih diatas Hamparan sajadah, melantunkan Ayat-ayat
Alloh, sedekah, jariyah dan sebagainya tanpa meninggalkan 5 waktu. Amiiin Yaa
Rabb.
Shalat Sunnah MALAM LAILATUL QADAR
Kemudian, adakah shalat sunnah yang dapat
dilakukan pada Malam untuk mencari malam kemuliaan tersebut?
Dalam sebuah Kitab : Durratun Nashihin hal.
172, Sebuah hadist menyebutkan:
Dari Nabi Muhammad Shalallohu 'alaihi wa
sallam, bahwasannya beliau bersabda :
“ barangsiapa yang menjalankan sholat pada
malam Lailatul Qadr sebanyak 2 (dua) rokaat , didalam setiap rokaatnya setelah
membaca Al Fatihah (1) satu kali , kemudian membaca surat Al-Ikhlas 7 (tujuh)
kali dan setelah salam membaca Astaghfirullahal azhiim wa atubu ilaih 70 (tujuh
puluh) kali , maka selama dia mendirikannya Allah akan mengampuni dirinya dan
kedua orang tuanya dan Allah Ta’ala akan mengutus Malaikat untuk menanam (untuknya)
pepohonan di Surga, membangun gedung-gedung dan mengalirkan sungai-sungai
didalamnya, dan dia ( orang yg menjalankan sholat Lailatul Qadr ) tidak akan
keluar dari dunia sehingga dia pernah melihat seluruhnya. “ (HR ;Ibnu Abbas)
Adapun
cara melakukan shalat Sunnah Lailatul Qadr Tersebut adalah sebagai berikut:
Semoga Alloh Meridhai Hamba Untuk Menijazahkan
Amalan Ini, Nawaitu tuhibbul 'ilmi Lillahi ta'ala:
Dilaksanakan dengan sedikitnya 2 Rakaat 1 kali
salam/ 4 satu kali salam tanpa tasyahud awal / 6 hingga 12 rakaat dengan
masing2 dua rokaat 1 salam-dua rokaat 1 salam.
niatnya jika 4 Raka'at: (niatkan dalam hati)
اُصَلِىّ سُنَّةً فِى لَيْلَةُ اْلقَدْرِ
اَرْبَعَ رَكَعَةٍ لِلَّهِ تَعَالَى اَللهُ اَكْبَرُ
Ushali sunnatan fi Lailatul Qodr,Arba'a
Raka'atin Mustaqbilal Qiblat, Lillahi Ta'ala, Allohu
akbar..
Laksanakan seperti syarat rukun Shalat, dengan
Bacaan tiap Rakaat , setelah membaca fatihah, kemudian membaca ikhlas
7x atau At-Takatsur
1x kemudian Al ikhlas 3x atau Al-Qadr (inna
anjalnahu fii lailatul Qadr.. hingga Akhir surat) sebanyak 3x.. Hingga Salam.
( catatan: untuk dalil bacaan setelah fatihah,
silahkan tanya kepada masing masing guru, sehingga tidak perlu di perdebatkan
sebagai mana yang wajibnya (yg Termasuk Rukun) adalah Al fatihahnya), bacalah
yang menurutmu mudah.
Dzikir-dzikir
yang dianjurkan.
Sayyidul Istighfar: 3x
أَسْتَغْفِرُ
اللهَ اْلعَظِيْمِ اَلَّذِ يْ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَالْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ
وَاَتُوْبُوا اِلَيْهِ تَوْبَةًعَبْدِالظَّا لِمِيْنَ لَايَمْلِكُ
لِنَفْسِهِ ضَرًا وَّلَانَفْعًا وَّلَامَوْتًا وَّلَاحَيَاةًوَّلَانُشُوْرًا
Astaghfirullohal'azhiim, Alladzi laa ilaaha
illa huwal hayyul qoyyuum wa atuubuu ilaih taubatan 'abdidhdholimiin laa
yamliku linafsihi zhorowwanaf'aw walaa maut, walaa hayyataw walaa
nusyuuro .... 3x
أَسْتَغْفِرُ
اللهَ اْلعَظِيْمِ مِنْ كُلِّ ذَنْبِ اْلعَظِيْمِ لَايَغْفِرُالذُّ نُوْبَ
اِلَّااَنْتَ فَاغْفِرْلَنَا مَغْفِرَتً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنَااِنَّكَ اَنْتَ
اْلغَفُوْرُالرَّحِيْم
Astagfirullohal ‘azhiim mingkulli dzanbil
‘adhiim la yaghfirudzdzunuuba illaa anta faghfirlanaa maghfirotan min ‘indik
warhamnaa innaka antal ghofuurur Rohiim ..............3x
أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمِ 70
Astaghfirullohal'azhiim,
........70x
Dzikir pertama:
اَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْم تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allohumma innaka 'afuwun Kariim. tukhibbul
'afwa fa'fu'anna ( kami ) fa'fu'anni (Saya) Yaa kariim.
sebanyak .............33x.
Dzikir Kedua:
ا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ
، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ، وَهُوَحَيٌّ
دَائِمُنْ لَايَمُوْتُ بِيَدِهِ
الْخَيْرُ، وَهُوَعَلَئ كُلِّ شَيْءٍقَدِيرٌ،
Laa Illaha Illa Alloh, Wahdahu laa Syarikalahu,
Lahul Mulku Wa lahul Khamdu wa huwa hayyun daa-imun Laa yaa muutu Biyadihil
Khair, wa Huwa 'ala Kulli syai-in Qodir. .............. 33x.
kemudian dzikir yang ketiganya adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللهِ
اْلعَظِيْمِ ، أَسْتَغْفِرُ الله
Subhannallohu wa bi hamdihi, subhannallohil
'adziem, Astaghfirullah. dibaca 101x.
Kemudian Membaca, Subhannalloh,
walkhamdulillah, walaa illaha illaAllohu wallohu Akbar dibaca
sebanyak 3x.
dan dilanjutkan dengan Do'a.
Kemudian Ditutup dengan Shalat Witir, 1 Rakaat,
atau tiga rakaat jika belum melaksanakan witir pada shalat sunnah tarawih.
Dan jangan lupa, doa Agar diringankan dan
Makbul dalam membayar Zakat, Sehingga Zakat yang Kita tunaikan benar-benar
membersihkan dari Harta kita,
Keutamaan
10 Terakhir bulan Ramadhan :
Pertama : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serius dalam melakukan amaliah ibadah lebih banyak dibanding hari-hari lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll.
Kedua : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau agar mereka juga berjaga untuk melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena semangat besar beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar keluarganya juga dapat meraih keuntungan besar pada waktu-waktu utama tersebut. Sesungguhnya itu merupakan ghanimah yang tidak sepantasnya bagi seorang mukmin berakal untuk melewatkannya begitu saja.
Ketiga : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 Terakhir ini, demi beliau memutuskan diri dari berbagai aktivitas keduniaan, untuk beliau konstrasi ibadah dan merasakan lezatnya ibadah tersebut.
Keempat : Pada malam-malam 10 Terakhir inilah sangat besar kemungkinan salah satu di antaranya adalah malam Lailatur Qadar. Suatu malam penuh barakah yang lebih baik daripada seribu bulan.
Keutamaan Lailatul Qadr
Di antara nikmat dan karunia Allah subhanahu wa ta’ala terhadap umat Islam, dianugerahkannya kepada mereka satu malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan. Suatu keutamaan yang tidak pernah didapati pada malam-malam selainnya. Tahukah anda, malam apakah itu? Dia adalah malam “Lailatul Qadr”. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah I:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ *
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5)
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata: “Bahwasanya (pahala) amalan pada malam yang barakah itu setara dengan pahala amalan yang dikerjakan selama 1000 bulan yang tidak ada padanya Lailatul Qadr. 1000 bulan itu sama dengan 83 tahun lebih. Itulah di antara keutamaan malam yang mulia tersebut. Maka dari itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk meraihnya, dan beliau bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)
Demikian pula Allah subhanahu wa ta’ala beritakan bahwa pada malam tersebut para malaikat dan malaikat Jibril turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam tersebut, karena tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang besar. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mensifati malam tersebut dengan firman-Nya:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar
Allah subhanahu wa ta’ala mensifati bahwa di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini merupakan bukti tentang kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya. Barangsiapa terhalangi dari kebaikan yang ada padanya, maka ia telah terhalangi dari kebaikan yang besar”. (Fatawa Ramadhan, hal. 848)
Wahai hamba-hamba Allah, adakah hati yang tergugah untuk menghidupkan malam tersebut dengan ibadah …?!, adakah hati yang terketuk untuk meraih malam yang lebih baik dari 1000 bulan ini …?! Betapa meruginya orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan perbuatan yang sia-sia, apalagi dengan kemaksiatan kepada Allah.
Mengapa Disebut Malam “Lailatul Qadr”?
Pertama : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serius dalam melakukan amaliah ibadah lebih banyak dibanding hari-hari lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll.
Kedua : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau agar mereka juga berjaga untuk melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena semangat besar beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar keluarganya juga dapat meraih keuntungan besar pada waktu-waktu utama tersebut. Sesungguhnya itu merupakan ghanimah yang tidak sepantasnya bagi seorang mukmin berakal untuk melewatkannya begitu saja.
Ketiga : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 Terakhir ini, demi beliau memutuskan diri dari berbagai aktivitas keduniaan, untuk beliau konstrasi ibadah dan merasakan lezatnya ibadah tersebut.
Keempat : Pada malam-malam 10 Terakhir inilah sangat besar kemungkinan salah satu di antaranya adalah malam Lailatur Qadar. Suatu malam penuh barakah yang lebih baik daripada seribu bulan.
Keutamaan Lailatul Qadr
Di antara nikmat dan karunia Allah subhanahu wa ta’ala terhadap umat Islam, dianugerahkannya kepada mereka satu malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan. Suatu keutamaan yang tidak pernah didapati pada malam-malam selainnya. Tahukah anda, malam apakah itu? Dia adalah malam “Lailatul Qadr”. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah I:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ *
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5)
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata: “Bahwasanya (pahala) amalan pada malam yang barakah itu setara dengan pahala amalan yang dikerjakan selama 1000 bulan yang tidak ada padanya Lailatul Qadr. 1000 bulan itu sama dengan 83 tahun lebih. Itulah di antara keutamaan malam yang mulia tersebut. Maka dari itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk meraihnya, dan beliau bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)
Demikian pula Allah subhanahu wa ta’ala beritakan bahwa pada malam tersebut para malaikat dan malaikat Jibril turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam tersebut, karena tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang besar. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mensifati malam tersebut dengan firman-Nya:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar
Allah subhanahu wa ta’ala mensifati bahwa di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini merupakan bukti tentang kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya. Barangsiapa terhalangi dari kebaikan yang ada padanya, maka ia telah terhalangi dari kebaikan yang besar”. (Fatawa Ramadhan, hal. 848)
Wahai hamba-hamba Allah, adakah hati yang tergugah untuk menghidupkan malam tersebut dengan ibadah …?!, adakah hati yang terketuk untuk meraih malam yang lebih baik dari 1000 bulan ini …?! Betapa meruginya orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan perbuatan yang sia-sia, apalagi dengan kemaksiatan kepada Allah.
Mengapa Disebut Malam “Lailatul Qadr”?
Para ulama menyebutkan beberapa sebab penamaan Lailatul Qadr, di antaranya:
1. Pada malam tersebut Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan secara rinci takdir segala sesuatu selama 1 tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun yang akan datang), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ * [الدخان/3، 4]
“Sesungguhnya Kami telah menurukan Al-Qur`an pada malam penuh barakah (yakni Lailatul Qadr). Pada malam itu dirinci segala urusan (takdir) yang penuh hikmah”. (Ad Dukhan: 4)
2. Karena besarnya kedudukan dan kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Ketaatan pada malam tersebut mempunyai kedudukan yang besar dan pahala yang banyak lagi mengalir. (Tafsir Ath-Thabari IV/200)
Kapan Terjadinya Lailatul Qadr?
Malam “Lailatul Qadr” terjadi pada bulan Ramadhan.
Pada tanggal berapakah? Dia terjadi pada salah satu dari malam-malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no. 1878)
Lailatul Qadr terjadi pada setiap tahun. Ia berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil 10 hari terakhir (bulan Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu (dapat) berpindah-pindah. Terkadang terjadi pada malam ke-27, dan terkadang terjadi pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang banyak jumlahnya tentang masalah ini. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwa beliau pada suatu tahun diperlihatkan Lailatul Qadr, dan ternyata ia terjadi pada malam ke-21″. (Fatawa Ramadhan, hal.855)
Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Adapun pengkhususan (memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai Lailatul Qadr, maka butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir Ramadhan itulah dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadr, dan lebih dimungkinkan lagi terjadi pada malam ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang menunjukkannya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)
Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan t:
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ إِذَا قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya apabila beliau menjelaskan tentang Lailatul Qadr maka beliau mengatakan : “(Dia adalah) Malam ke-27″. (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Asy-Syaikh Muqbil dalam Shahih Al-Musnad)
Kemungkinan paling besar adalah pada malam ke-27 Ramadhan. Hal ini didukung penegasan shahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu :
عن أبي بن كعب قال : قال أبي في ليلة القدر : والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين
Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadr) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar