RENUNGKANLAH.....!!!!!!!!!
Buat semua yang telah menjadi orangtua dan atau calon orangtua.... Ingatlah... semarah apapun, janganlah kita bertindak berlebihan. Sebagai orang tua, kita patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially pada anak-anak yg masih kecil karena mereka masih belum tahu apa-apa.
Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar selalu meninggalkan anak-anak dan diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, adalah perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan saja oleh pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayunan di atas buaian yang dibeli Ayahnya, atau memetik bunga di halaman rumahnya.
Buat semua yang telah menjadi orangtua dan atau calon orangtua.... Ingatlah... semarah apapun, janganlah kita bertindak berlebihan. Sebagai orang tua, kita patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially pada anak-anak yg masih kecil karena mereka masih belum tahu apa-apa.
Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar selalu meninggalkan anak-anak dan diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, adalah perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan saja oleh pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayunan di atas buaian yang dibeli Ayahnya, atau memetik bunga di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku berkarat. Si Anak
pun mencoret lantai tempat mobil Ayahnya diparkirkan, namun karena lantainya
terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Lalu dicobanya lagi pada
mobil baru Ayahnya. Ya.. mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas.
Apalagi anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Kebetulan hari itu Ayah dan Ibunya bermotor ke tempat
kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh
coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. DIbuatnya gambar Ibu dan Ayahnya,
gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut
imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri tersebut
melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama
lunasnya. Si Bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!"...
Pembantu rumah yang tersentak mendengar jeritan itu pun
segera berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan,
lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras
kepadanya, dia terus mengatakan "Saya
tidak tahu, Tuan". "Kamu di
rumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?" hardik si isteri
lagi.
Si Anak yang mendengar suara Ayahnya, tiba-tiba
berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yang membuat gambar itu Ayahhh..
cantik.. kan...!", katanya sambil memeluk Ayahnya sambil bermanja
seperti biasa.
Si Ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang
ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke
telapak tangan sang Anak. Si Anak yang tak mengerti apa apa menangis kesakitan,
pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si Ayah memukul pula
belakang tangan anaknya.
Sedangkan si Ibu hanya berdiam diri, seolah merestui
dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan pada sang Anak. Pembantu rumah
terbengong, tidak tahu harus berbuat apa. Si Ayah cukup lama memukul-mukul
tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
Setelah puas memukul, si Ayah masuk ke rumah diikuti
si Ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke
kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang
tangan si Anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak
kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu
juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si
pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si Ayah sengaja membiarkan anak itu
tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua belah tangan si Anak bengkak.
Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan
obat saja!", jawab Bapak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil
itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si Ayah konon bermaksud ingin memberi
pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si Ayah tidak pernah menjenguk
anaknya sementara si Ibu pun demikian, meski setiap hari dia bertanya kepada
pembantu rumah. "Dita demam, Bu...",
jawab pembantunya ringkas. "Kasih
panadol saja," balas si Ibu. Sebelum si Ibu masuk kamar tidur dia
menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu
rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan
tuannya bahwa suhu badan Dita sangat panas. "Yah,
sore nanti kita bawa ke klinik," kata majikannya itu.
Sampai saatnya si Anak yang sudah lemah dibawa ke
klinik. Dokter merujuk agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius.
Setelah beberapa hari dirawat inap dokter memanggil Bapak dan Ibu anak itu. "Tidak ada pilihan lagi..."
kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong
karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut… "Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawa anak Bapak dan Ibu,
maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter
itu. Bagaikan terkena halilintar si Bapak dan Ibu mendengar kata-kata itu.
Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat diucapkan lagi.
Si Ibu meraung merangkul si Anak. Dengan berat hati
dan lelehan air mata isterinya, si Ayah bergetar tangannya menandatangani surat
persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang
disuntikkan habis, si Anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua
tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka Ayah dan Ibunya. Kemudian ke
wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam
siksaan menahan sakit, si Anak bersuara dalam linangan air mata.
"Ayah.. Ibu.. Dita tidak akan
melakukannya lagi… Dita tak mau Ayah pukul lagi. Dita janji tidak nakal lagi..
Dita sayang Ayah.. Dita sayang Ibu...", katanya berulang kali membuatkan si Ibu gagal
menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti..."
katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung
histeris.
"Ayaaah.. kembalikan tangan Dita..!!
Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi..!! Bagaimana Dita
mau makan nanti?… Bagaimana Dita mau bermain nanti?… Dita janji tidak akan
coret-coret mobil lagi, Dita janji...!!!" katanya berulang-ulang.
Hancur hati si Ibu mendengar kata-kata anaknya.
Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia
dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur.
Pada akhirnya si Anak cantik itu meneruskan hidupnya
tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong
meski sudah minta maaf.
Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan
kepedihan dan kehancuran batin, sampai suatu saat sang Ayah tak kuat lagi
menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak
bertepi...
Namun, si Anak dengan segala keterbatasan dan
kekurangannya tersebut tetap hidup
tegar bahkan sangat sayang
dan selalu merindukan Ayahnya..
bagus ceritanya, btw, saya bisa mnta tolong ajarain bgmana bsa mmbuat blog sprti ini..?
BalasHapusboleh, untuk widget tambahan nya kamu bisa copas di blog ini...
Hapushttp://adiwidget.blogspot.com/
selamat berkreasi....!
ya Allah... sedih banget bacanya...
BalasHapuskemarahan memang selalu membawa penyesalan pada akhirnya..
Salut dengan ketegaran si anak.
izin share yah.
silahkan.....!!!
Hapusaku baca ini sampai nangis, aku ga tega baca lagi....
semoga ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua....