Latest Games :

LARANGAN MEMUKUL ANAK KECIL YANG SEDANG MENANGIS

Senin, 22 Juli 2013 | 0 komentar

LARANGAN MEMUKUL ANAK KECIL YANG SEDANG MENANGIS
Rasulullah SAW bersabda : Janganlah kamu memukul anak- anak kamu di sebabkan mereka menangis dalam masa setahun. Karena pada empat bulan pertama kelahirannya Ia bersyahadat LAA ILAAHA ILLALLAH. Pada empat bulan kedua pula ia berselawat ke atas Nabi SAW Dan pada empat bulan seterusnya pula ia mendoakan kedua ayah bunda nya. ( H.R. Abdullah Ibnu Umar r.a. )

Baginda Rasulullah SAW menjelaskan bahwa tangisan anak di waktu kecil pada bulan pertama adalah tanda ia bertauhid kepada Tuhan Nya dan empat bulan kedua pula ia membacakan selawat kepada Nabi nya dan empat bulan seterus nya ia memohon istighfar untuk kedua ayah bunda nya.

Rasulullah SAW Bersabda : Anak-anak sebelum sampai ia baligh maka apa-apa yang di perbuat nya daripada kebaikan maka di tuliskan untuknya dan kedua ibu bapaknya.

Dan apa yang di perbuat nya daripada kejahatan maka tiadalah di tulis untuk nya dan tidak pula di tulis untuk kedua ibu bapaknya. Apabila ia telah baligh maka berlakulah yang di tulis itu atasnya ia itu segala amal baik atau buruknya. ( H.R.Imam Anas bin Malik r.a.)

Sabda Rasulullah SAW ;"Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada." (HR. Muslim)
Continue Reading

Tips Rasulullah Agar Kuat Berpuasa

Sabtu, 20 Juli 2013 | 0 komentar

Berpuasa di bulan ramadhan merupakan sebuah kewajiban bagi umat muslim yang sudah akil balig atau istilah umumnya cukup umur. Berpuasa berarti menahan lapar dan haus serta menahan hawa nafsu sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Menunaikan ibadah puasa tentu harus diimbangi dengan kondisi fisik yang sehat, agar puasa dapat dilaksanakan dengan sempurna sampai tiba saatnya berbuka. Dibawah ini adalah tips dari sang teladan Rasulullah SAW agar kita kuat menjalankan puasa.

 


1.  Mengakhirkan Sahur dan Menyegerakan Berbuka

Pertama, hendaklah kita mengakhirkan waktu sahur dan menyegerakan waktu berbuka. Rasulullah bersabda: “Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Muslim)
 
republik.co.id

Zaid bin Tsabit berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw. Kemudian kami melaksanakan shalat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah  menjawab: Selama bacaan lima puluh ayat.” (HR. Shahih)

Rasulullah juga menganjurkan kita untuk menyegerakan berbuka. Rasulullah bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Hamba-hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah mereka yang paling menyegerakan berbuka.” (HR. Tirmidzi)

Sebagai contoh, jika adzan Subuh jam 4.30 dan adzan Maghrib jam 18.00, maka berhenti makan sahur atau buka puasa jangan lebih dari 50 ayat (sekitar 5 menit) sehingga kita hanya menahan lapar dan haus selama 13 jam 40 menit saja.

 

2. Makan Kurma dan Madu Saat Sahur dan Berbuka

Agar kuat berpuasa, kita bisa makan 3 butir kurma dan 2 sendok makan madu setelah makan sahur (setelah makan nasi dan lauk tentunya). Begitu pula ketika berbuka puasa. Minumlah air secukupnya (minimal 3 gelas) agar anda tidak dehidrasi.

 

health.liputan6.com


Dari Sulaiman Ibnu Amir Al-Dlobby bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu berbuka, hendaknya ia berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya, hendaknya ia berbuka dengan air karena air itu suci.” (HR. Imam Lima)

Kurma dan Madu mengandung kalori cukup tinggi dan bisa memberi energi yang cukup untuk beraktivitas. Selain itu, makanan 4 sehat dan 5 sempurna seperti buah-buahan juga jangan dilupakan,

“Kemudian makanlah dari tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS. An Nahl: 69)

 

3. Tetap Berolahraga

Untuk menjaga kondisi badan, tetaplah berolahraga meski intensitasnya agak dikurangi. Jalan kaki atau lari pagi selama 30 menit bisa menjadi pilihan. Meski kita berkeringat, lelah, dan haus, setelah mandi pagi atau mandi sore insya Allah badan akan segar kembali. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Oleh karena itu meski berpuasa, kita tetap boleh mandi pada waktu pagi dan petang selama tidak berlebihan.
 
palembang.tribunnews.com
 
Ibnu Mas’ud berkata, “Jika salah seorang di antara kamu berpuasa, maka hendaklah pada pagi harinya ia dalam keadaan berharum-haruman serta rambut yang tersisir rapi.”(HR Bukhari).

Dan berkaitan dengan kebersihan badan Ibnu Umar berkata, “Orang yang berpuasa boleh bersiwak (menggosok gigi) pada permulaan hari dan akhir hari (yakni pada pagi hari dan sore hari) dan tidak boleh menelan ludahnya.” (HR Bukhari)

Pertimbangkan juga untuk berolahraga 1 sampai 2 jam setelah shalat Tarawih, witir, dan membaca Al Qur’an. Jadi jika haus, kita bisa minum langsung.

Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat diambil Hikmahnya …
Silahkan DICOPAS atau DI-SHARE jika menurut sobat note ini bermanfaat ….
Sekian dan salam berbagi...

Salam santun dan keep silaturahim ...

http://irman85.blogspot.com/ 
Continue Reading

Penetapan Awal Bulan Ramadhan

Senin, 08 Juli 2013 | 0 komentar

Penetapan awal Ramadhan


Banyak selisih pendapat dalam penentuan awal Ramadhan. Ada yang memakai hisab, ada yang berpedoman rukyat. Bagaimanakah sikap kita seharusnya?
Jawaban :
Para ulama berselisih pendapat di dalam menentukan awal bulan Ramadhan apakah dengan cara melihat bulan langsung (rukyat) atau dengan cara hisab.
Pendapat Pertama mengatakan bahwa cara menentukan awal bulan Ramadhan adalah dengan cara melihat bulan secara langsung (rukyat) dan tidak boleh menggunakan hisab. Ini adalah pendapat mayoritas ulama salaf dan khalaf, termasuk di dalamnya Imam Madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad).
Dalil mereka adalah sebagai berikut:
1. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam:
«لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلَالَ، وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ» و في رواية: فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ»
“Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan jangan berbuka sampai melihatnya lagi, jika bulan tersebut tertutup awan, maka sempurnakan bulan tersebut sampai tiga-puluh.” (HR. Bukhari no. 1906 dan Muslim no. 1080)
2. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam:
«صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ»
“Berpuasalah karena kalian melihat bulan, dan berbukalah ketika kalian melihat bulan. Jika bulan tersebut tertutup awan, maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga-puluh hari.” (HR. Bukhari no. 1909 dan Muslim no. 1081)
3. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam:
«إِذَا رَأَيْتُمُ الْهِلَالَ فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا»
“Jika kalian melihat hilal (Ramadhan), maka berpuasalah, dan jika kalian melihat hilal ( Syawal), maka berbukalah.” (HR Muslim no. 1081)
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa cara menentukan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat bulan secara langsung. Jika bulan tersebut terhalang oleh awan, hendaknya disempurnakan bilangan bulan hingga tiga puluh hari. Inilah maksud lafadh “faqduru lahu” dalam hadits di atas setelah menjama’ beberapa riwayat yang ada.
Pendapat kedua mengatakan bahwa cara menentukan awal bulan Ramadhan dengan menggunakan hisab. Ini adalah pendapat Mutharrif bin Abdullah, Ibnu Suraij, dan Ibnu Qutaibah. Mereka berdalil dengan hadits riwayat muslim di atas ( lihat hadits no 1), hanya saja kelompok ini menafsirkan lafadh ” faqduru lahu ” dengan ilmu hisab. Yaitu jika bulan tersebut tertutup dengan mendung, maka pergunakanlah ilmu hisab.
Dari dua pendapat di atas, maka pendapat yang benar adalah pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal adalah dengan cara melihat bulan secara langsung (rukyat). Boleh memakai alat bantu seperti teropong dan lain-lainnya. Demikian pula diperbolehkan menggunakan hitungan hisab, tetapi hanya sebagai pembantu dan penopang dari rukyat.
Selain dalil-dalil yang telah diungkap di atas, ada dalil lain yang menguatkan pendapat mayoritas ulama,yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam:
«إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ، الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا» يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ، وَمَرَّةً ثَلاَثِينَ
“Sesungguhnya kita (umat Islam) adalah umat yang ummi, tidak menulis dan menghitung, bulan itu jumlahnya 29 hari atau 30 hari.”(HR Bukhari no. 1913 dan Muslim no. 1080)
Artinya hadits di atas adalah  untuk menentuan awal bulan, umat Islam tidak diwajibkan untuk mempelajari ilmu hisab. Karena Allah telah memberikan cara yang lebih mudah dan bisa dilakukan oleh banyak orang, yaitu rukyat. Ini bukan berarti umat Islam dilarang mempelajari ilmu tersebut, karena Allah swt telah memerintahkan kepada umatnya agar selalu menuntut ilmu pengetahuan selama hal itu membawa maslahat dalam kehidupan manusia ini. Akan tetapi maknanya bahwa ajaran Islam ini mudah dan bisa dicerna oleh semua kalangan, dan bisa dipraktekan oleh semua orang.
Selain itu di dalam ilmu hisab (ilmu falak) telah terjadi perbedaan pendapat yang sangat banyak. Ada yang menetapkan bahwa awal bulan dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima’. Sebagian yang lain menetapkan bahwa awal bulan dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima’ ditambahkan bahwa pada saat terbenam matahari tersebut, Hilal (bulan) sudah wujud di atas ufuk. Ini sering disebut dengan model ” wujudul hilal.”
Bahkan ada kelompok yang mensyarakatkan wujud bulan di atas ufuk tersebut dengan imkanur rukyat (berdasarkan perkiraan mungkin tidaknya hilal dirukyat). Kelompok yang menggunakan model  “imkanu al rukat” inipun berbeda pendapat di dalam menentukan batasannya. Ada yang memegang dengan batasan 2 derajat, ada yang memakai 5 derajat. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan yang tidak mungkin diungkap di sini.
Inilah mengapa umat Islam di Indonesia belum bisa bersatu di dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal, karena masing-masing dari aliran ilmu hisab (ilmu falak) memegang prinsipnya dan merasa paling benar, sehingga tidak mau mundur sedikitpun demi persatuan umat. Wallahu Musta’an.
Untuk mengurangi perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam dalam menyikapi perbedaan cara menentukan awal bulan tersebut, para ulama menfatwakan bahwa sebaiknya umat Islam mengikuti awal bulan Ramadhan dan Syawal yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam negara  masing-masing. Untuk negara Indonesia umpamanya, hendaknya seluruh rakyat mengikuti apa yang telah diputuskan pemerintah dalam hal ini Departemen Agama. Itu semua demi maslahat persatuan.
Wallahu A’lam.
Penulis: Dr. Ahmad Zain an-Najah, MA.
ahmadzain.com
(muhibalmajdi/arrahmah.com)
Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat diambil Hikmahnya …
Silahkan DICOPAS atau DI-SHARE jika menurut sobat note ini bermanfaat ….
Sekian dan salam berbagi...

Salam santun dan keep silaturahim ...

http://irman85.blogspot.com/
 



Continue Reading

KISAH YANG BENAR TENTANG PENYALIBAN NABI ISA AL-MASIH ‘ALAIHISSALAM

Selasa, 02 Juli 2013 | 0 komentar

Mereka Tidak Menyalib Nabi Isa Al-Masih ‘alaihissalam



 Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
Dan karena ucapan mereka (orang-orang Yahudi): Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)
Para pembaca, sangatlah pantas jika orang-orang Yahudi adalah sekelompok manusia yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala. Perangainya yang licik dan perilakunya yang jahat menjadikan mereka sebagai umat yang hina dan rendah. Banyak ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan tentang watak dan sepak terjang Yahudi yang tercela ini.
Di antara kejahatan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah upaya pembunuhan terhadap salah satu nabi utusan Allah subhanahu wata’ala yang mulia, yaitu Isa Al-Masih bin Maryam ‘alaihissalam, setelah sebelumnya mereka dengki kepada beliau, mendustakan, dan tidak mau beriman kepada beliau. Begitulah Yahudi, membunuh nabi merupakan sifat dan kebiasaan mereka sejak dahulu. Kalau para nabi saja mereka bunuh, maka tentu menumpahkan darah kaum muslimin secara umum merupakan perbuatan yang lebih ringan lagi bagi mereka. Sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian orang-orang Yahudi di masa kini dengan mudahnya melakukan pembantaian terhadap saudara-saudara kita kaum muslimin di Palestina dan di negeri-negeri lainnya.
Orang-orang Yahudi mengklaim telah berhasil membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam. Namun ayat 157 surah An-Nisa’ ini membantah pengakuan mereka itu. Allah subhanahu wata’ala menjaga dan melindungi Nabi Isa ‘alaihissalam dari makar jahat mereka. Allah subhanahu wata’ala tidak membiarkan jiwa dan darah Nabi-Nya yang suci itu terkotori oleh tangan-tangan najis orang-orang Yahudi.
Peristiwa Penyaliban Itu                           
Dalam tafsirnya, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa di antara kisah mengenai orang-­orang Yahudi -semoga laknat Allah subhanahu wata’ala, kemurkaan, kemarahan, dan adzab-Nya selalu menimpa mereka- adalah tatkala Allah subhanahu wata’ala mengutus Isa bin Maryam ‘alaihissalamdengan membawa bukti-­bukti (kebenaran risalah-Nya) yang nyata dan petunjuk, mereka (orang-orang Yahudi) dengki kepadanya karena beliau telah dikaruniai oleh Allah subhanahu wata’ala berupa risalah kenabian dan berbagai mukjizat yang nyata. Di antara mukjizatnya adalah dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang terkena penyakit sopak (penyakit belang pada kulit), menghidupkan kembali orang yang telah mati dengan izin Allah subhanahu wata’ala, mampu membuat patung seekor burung dari tanah liat lalu ia meniupnya dan jadilah patung itu burung sungguhan dan dapat terbang dengan disaksikan oleh banyak orang dengan seizin Allah subhanahu wata’ala, serta berbagai mukjizat lainnya sebagai bentuk pemuliaan Allah subhanahu wata’ala tehadap beliau ‘alaihissalam. Berbagai mukjizat tersebut atas kehendak Allah subhanahu wata’ala melalui kedua tangan Nabi Isa ‘alaihissalam.
Walaupun demikian, orang-orang Yahudi mendustakan beliau dan menyelisihinya, serta berupaya untuk mengganggunya dengan segenap kemampuan yang mereka miliki. Sehingga hal ini menyebabkan Nabiyullah Isa ‘alaihissalam tidak bisa tinggal dalam satu negeri bersama mereka, namun beliau banyak mengembara, dan ibunya (Maryam) pun ikut mengembara bersama beliau ‘alaihissalam.
Orang-orang Yahudi masih belum puas dengan keadaan ini. Akhirnya mereka pun berusaha menemui Raja Dimasyq (Damaskus) di masa itu. Raja Dimasyq adalah seorang musyrik penyembah bintang, para pemeluk agamanya dikenal dengan sebutan pemeluk agama Yunani.
Ketika orang-orang Yahudi itu sampai kepada raja tersebut, mereka menyampaikan (berita dusta) kepadanya bahwa di Baitul Maqdis terdapat seorang lelaki yang menebarkan fitnah di tengah-tengah manusia, menyesatkan mereka, dan mengajak mereka agar memberontak kepada raja. Si raja pun murka demi mendengar laporan tersebut. Kemudian ia menulis surat kepada wakilnya (kepala daerah) yang ada di Baitul Maqdis, memerintahkan agar menangkap lelaki yang dimaksud, lalu menyalibnya, dan meletakkan duri-duri di kepalanya agar tidak mengganggu orang-orang lagi.
Ketika surat raja itu sampai kepadanya, ia segera melaksanakan perintah rajanya itu. Lalu ia berangkat bersama sekelompok orang Yahudi menuju sebuah rumah yang di dalamnya terdapat Nabi Isa‘alaihissalam. Ketika itu, beliau bersama sejumlah sahabatnya, jumlah mereka ada dua belas atau tiga belas orang. Menurut pendapat yang lain adalah tujuh belas orang. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Jum’at, sesudah waktu Ashar, yaitu malam Sabtu. Mereka pun mengepung rumah tersebut.
Ketika Nabi Isa ‘alaihissalam merasa bahwa mereka pasti dapat memasuki rumah itu atau ia (terpaksa) keluar rumah dan akhirnya pasti berjumpa dengan mereka, maka ia pun berkata kepada para sahabat­nya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia untuk diserupakan dengan diriku? Kelak ia akan menjadi temanku di surga.” Maka ada seorang pemuda yang bersedia untuk itu. Namun Nabi Isa ‘alaihissalam memandang pemuda itu masih terlalu kecil untuk melakukannya. Sehingga ia pun mengulangi permintaannya sebanyak dua atau tiga kali. Tetapi setiap kali ia mengulangi perkataannya, tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali pemuda itu. Akhirnya Nabi Isa ‘alaihissalam pun berkata, “(Kalau memang demikian), kamulah orangnya.” Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya mirip seperti Nabi Isa ‘alaihissalam, hingga seolah-olah ia me­mang Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri.
Lalu terbukalah salah satu bagian dari atap rumah itu, dan Nabi Isa ‘alaihissalam tertimpa rasa kantuk yang sangat hingga ia pun tertidur. Dalam keadaan demikian, Allah subhanahu wata’ala mengangkat beliau ‘alaihissalam menuju langit sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 55.
Setelah Nabi Isa ’alaihissalam diangkat ke langit, para sahabatnya keluar. Ketika mereka (orang-orang yang hendak menangkap Nabi Isa ‘alaihissalam) melihat pemuda (yang mirip Nabi Isa ‘alaihissalam) itu, mereka menyangka ia adalah Nabi Isa ‘alaihissalam. Pada malam itu juga mereka menangkap dan menyalibnya, serta meletakkan ­duri-duri di kepalanya.
Orang-­orang Yahudi menampakkan bahwa merekalah yang telah berhasil menyalib Nabi Isa ‘alaihissalamdan mereka merasa bangga dengan hal ini. Ternyata beberapa kalangan dari orang-­orang Nasrani juga mempercayai hal tersebut (bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam disalib) karena kebodohan dan pendeknya akalnya mereka. Kecuali mereka yang ada di rumah tersebut bersama Nabi Isa Al-Masih ‘alaihissalam, mereka tidak mempercayainya karena menyaksikan sendiri bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam diangkat ke langit. Adapun selain dari mereka, semuanya menyangka sebagaimana yang disangka oleh orang-­orang Yahudi, bahwa orang yang disalib itu adalah Isa Al-Masih putra Maryam ‘alaihissalam.
Hingga akhirnya mereka pun menyebutkan (sebuah mitos) bahwa Ibunda Maryam duduk di bawah orang yang disalib itu dan menangisinya. Disebutkan pula bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (yang mereka sangka disalib itu) bisa berbicara dengan ibundanya itu. Wallahu a’lam. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Mereka Sendiri Meragukannya
Walaupun mereka mengaku telah membunuh dan menyalib Isa Al-Masih ‘alaihissalam, namun sebenarnya mereka sendiri ragu, apakah yang dibunuh dan disalib itu benar-benar Nabi Isa ‘alaihissalamatau bukan. Allah Dzat yang Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya menyatakan (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (An-Nisa’: 157).


Kini, Orang-Orang Nasrani Telah Menyimpang dari Ajaran Isa Al-Masih
Orang-orang Nasrani yang masih saja mempercayai bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (Yesus menurut mereka) sudah meninggal dalam keadaan tersalib, maka sungguh mereka telah tertipu. Allah subhanahu wata’ala telah menyelamatkan dan mengangkat beliau ke langit. Dengan kehendak dan kemampuan-Nya, Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup hingga sekarang, dan nanti di akhir zaman, Allah subhanahu wata’alaakan menurunkan beliau kembali ke muka bumi dalam rangka menjalankan syariat Islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menyeru umat manusia untuk menauhidkan Allah subhanahu wata’ala, mengajak mereka agar beribadah dan sujud hanya kepada-Nya, serta menjauhkan mereka dari segala bentuk kesyirikan.
Demikianlah sejak awal mula diangkat menjadi rasul, sampai meninggalnya nanti setelah turun ke bumi, Nabi Isa ‘alaihissalam senantiasa mengajak umat manusia agar beribadah hanya kepada Allahsubhanahu wata’ala. Nabi Isa ‘alaihissalam tidak akan pernah rela diibadahi dan dipertuhankan. Nabi Isa‘alaihissalam tidak pernah mengajak umatnya untuk menyembah beliau dan tidak pula mengajak umatnya agar sujud kepada ibundanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua sesembahan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).” (Al-Maidah: 116)
Kalau Nabi Isa ‘alaihissalam menyaksikan keyakinan dan kehidupan beragama orang-orang Nasrani sekarang, pasti beliau akan mengingkarinya dan akan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah Rabbku dan Rabb kalian semua.” (Al-Maidah: 72)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali sesembahan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Maidah: 73)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya),
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
Ketika turun ke muka bumi ini, Nabi Isa ‘alaihissalam akan berjuang bersama kaum muslimin untuk menegakkan syariat Islam dan memerangi kekufuran dan syiar-syiarnya. Beliaulah yang akan membunuh Dajjal, menghancurkan salib yang merupakan simbol kebesaran dan syiar kaum Nasrani, membunuh babi-babi, dan beliau tidak menghendaki apapun dari orang-orang kafir melainkan mereka harus masuk Islam, karena jizyah (upeti) sudah tidak berlaku lagi. Hal ini sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَكَمًا مُقْسِطًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيضُ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.
“Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya (Demi Allah), sungguh telah dekat saatnya Isa putra Maryam turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil (yang menjalankan syariat ini), ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, meletakkan (tidak memberlakukan) jizyah, dan harta akan melimpah sampai-sampai tidak ada seorangpun yang mau menerimanya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis: Ustadz Abu Abdillah
Sumber: Buletin Al-Ilmu Edisi No. 20/V/XI/1434 H
Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat diambil Hikmahnya …
Silahkan DICOPAS atau DI-SHARE jika menurut sobat note ini bermanfaat ….
Sekian dan salam berbagi...

Salam santun dan keep silaturahim ...
http://irman85.blogspot.com/
 


Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ISLAM IS MY CHOICE - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger